Legenda Dewa Harem

Chapter 101: Hukuman Keluarga



Chapter 101: Hukuman Keluarga

Randika dan Inggrid kemudian kembali ke hotel mereka.

Randika berkata pada Inggrid sambil tersenyum. "Bagaimana tadi? Suamimu ini bisa diandalkan bukan?"

Namun, Inggrid membalasnya dengan nada dingin. "Kenapa kau begitu gegabah?"

"Gegabah?" Randika nampak bingung untuk sesaat. "Dia menggodamu dan merendahkanmu, mana mungkin suamimu ini bisa tahan melihatnya?"

"Memangnya kenapa dengan itu? Aku bisa menjaga diriku sendiri." Inggrid membanting tasnya ke atas kasur.

"Kau itu istriku, mana mungkin aku tidak tersinggung mendengar dia berbicara seperti itu? Aku sebagai suami jelas akan merasa sangat marah." Kata Randika dengan santai. "Sudah untung dia tidak kubunuh, dia sudah berani menyuruhmu tidur dengannya padahal aku sendiri saja belum."

"Apa?" Inggrid menoleh dengan wajah marah.

"Tidak apa-apa. Maksudku dia menerima apa yang pantas diterimanya." Kata Randika.

"Maksudku kau itu benar-benar bertindak tanpa berpikir." Mata Inggrid penuh dengan kekhawatiran. "Aku telah melihat bisnis seperti apa yang dijalankan Yosua di kota ini. Dia benar-benar memiliki kota ini di tangannya. Belum lagi finansialnya dia lebih kuat daripada aku. Jika dia memutuskan untuk menyerangku, perusahaanku akan mengalami kesulitan."

"Sayang, kau tidak perlu khawatir dengan hal seperti itu. Jika dia berani berbuat macam-macam sama kamu, bukankah ada aku di sisimu?"

"Apa kamu sudah lupa dengan perusahaan Galaksi?" Randika duduk di kursinya. "Selama dia berani mengganggu perusahaan kita, dia tidak akan bisa tidur dengan nyenyak!"

Randika menjelaskan semua ini dengan nada percaya diri dan tegas.

Memangnya penguasa dunia bawah tanah akan tunduk dengan seekor ular yang cuma menguasai satu kota kecil? Dia punya seribu cara untuk menjatuhkan ular tersebut.

"Jadi, istriku yang cantik tidak perlu khawatir dengan ancaman kecil seperti itu. Dengan adanya aku di sisimu, kau hanya perlu menjaga dirimu dengan baik." Kata Randika sambil tertawa.

Namun, Inggrid masih mengerutkan dahinya. "Mudah untukmu mengatakannya. Surat kontrak ini ditandatangani dengan keuntungan yang sangat menguntungkan bagi perusahaanku. Bagaimana kalau dia tidak mematuhinya?

"Beritahu aku kalau dia berbuat macam-macam." Kata Randika dengan santai. "Aku punya cara agar dia mematuhi kontrak itu."

Randika akan mengenalkannya penyiksaan yang tiada akhir padanya apabila dia berani membohongi istrinya.

"Kamu ini ya." Inggrid menggelengkan kepalanya. "Kalau begitu sebaiknya kita segera pergi dari sini. Jangan sampai kita bertemu lagi dengannya."

Kekhawatiran Inggrid sebenarnya simpel. Mereka baru saja menghajar seorang bos hingga babak belur, mana mungkin dia tidak balas dendam?

Dan kali ini dia telah menyinggung penguasa kota yang menguasai bagian gelap maupun terang kota ini, bisa jadi sudah ada rencana jahat yang menantinya.

"Sudahlah santai saja." Randika lalu berdiri. "Percayakan semua padaku, suamimu ini akan melindungimu 24/7."

Inggrid mengangguk tetapi sekaligus masih terlihat khawatir.

"Hei kubilang santai." Randika menghampirinya dan memeluknya. "Ini bukan seperti istri yang biasanya kucintai. Sejak kapan kau menjadi cemas seperti ini? Jika kau meragukan kemampuan suamimu lagi, aku akan menghukummu dengan hukum keluarga kita." Randika ingin kembali menghidupkan suasana.

"Tapi Yosua itu bukan orang sembarangan. Dia punya latar belakang sebagai seorang gangster." Inggrid benar-benar khawatir, tetapi dalam sekejap dia sudah didorong ke tembok oleh Randika.

"Tadi sudah kubilang bukan? Jika kau tidak mempercayaiku maka aku akan menghukummu dengan hukum keluarga kita." Kata Randika.

"Hukum keluarga apa?" Inggrid memberontak tetapi Randika tidak memberinya kesempatan untuk kabur dan menahannya dengan kuat.

"Tentu saja kau tahu apa yang kumaksud." Randika berkedip dan menggendong Inggrid ke kasur. Sekarang Randika berada di atas Inggrid.

"Mau apa kau!" Terdengar nada kesal di nada suara Inggrid.

"Tentu saja menghukummu dengan hukum keluarga kita." Randika membuka resleting celana Inggrid dan menahan kedua tangannya agar tidak bisa memberontak.

Sambil menahan nafsunya, dia memutar Inggrid dan sekarang posisi mereka bagaikan orang tua yang siap menghukum anaknya dengan cara memukul pantatnya.

Plak!

Suara nyaring itu terdengar, pantat empuk Inggrid itu benar-benar enak dipukul.

"HEI!" Inggrid benar-benar malu, dia meronta-ronta tiada henti.

"Sayang, maafkan aku tapi ini hukuman karena kau tidak mempercayaiku." Randika memukul pantat Inggrid sekali lagi. Pantat Inggrid dengan cepat menjadi merah meskipun tamparan Randika tidak terlalu keras.

"HENTIKAN!" Inggrid tidak habis pikir Randika akan melakukan hal memalukan seperti ini. Namun, entah kenapa, kedua tamparan di pantatnya itu tidak sesakit yang dia kira. Justru Inggrid merasa bahwa sedikit sengatan ini mengalir ke seluruh tubuhnya dan tubuhnya menjadi panas.

"Tidak, aku harus menghukummu." Baru dua kali dia menepuk pantat empuk ini, mana mungkin dia puas?

Randika menepuk pantatnya sekali lagi. Dengan tenaga dalam Randika, setiap tamparannya ini akan merangsang tubuh Inggrid dan membuatnya menjadi tidak bisa menolak dirinya.

Tentu saja, tamparannya yang ketiga ini membuat Inggrid mendesah erotis. Randika tidak bisa berhenti tertawa melihatnya.

Bagi Randika, meresmikan hubungannya ini adalah tujuan akhirnya.

"Bagaimana? Masih tidak percaya dengan suamimu?" Randika berbisik tepat di telinga Inggrid.

"Baiklah aku percaya padamu. Sekarang lepaskan aku." Muka Inggrid sudah benar-benar merah, dia sudah tidak tahan dengan kejadian memalukan ini.

Namun, Randika justru berbisik di telinganya. "Sayang, mana mungkin aku akan melepasmu?"

Randika dengan cepat mendudukkan Inggrid di pangkuannya dan mulai menikmati leher indah dan mulus milik Inggrid itu.

"Randika! Jangan!" Inggrid mulai memberontak lagi.

Plak!

Pada saat ini, Randika menepuk pantatnya sekali lagi. Tiba-tiba, Inggrid tidak bisa mengumpulkan tenaganya dan mendesah keras yang sangat terdengar erotis!

Inggrid tidak menyangka dirinya bisa mendesah seperti itu, dia benar-benar malu karenanya. Kenapa dia selalu tidak berdaya ketika berhadapan dengan pria ini?

Inggrid berusaha mendorong Randika sekuat tenaga, sekarang ada sedikit celah di antara mereka.

"Sayang, kenapa kau begitu malu?" Ketika Randika berusaha memeluknya lagi, tiba-tiba dari luar terdengar suara derapan kaki orang banyak.

Randika berusaha mendengarnya dengan pendengaran supernya dan dia sadar bahwa orang-orang ini berjumlah banyak dan hanya beberapa langkah lagi dia sudah sampai di luar pintu mereka.

Apakah ini orang suruhan Yosua?

Randika menghela napas dalam-dalam. Hanya Yosua yang mempunyai sumber daya mengerahkan orang sebanyak ini.

Klik!

Randika mendadak berubah menjadi serius. Kenapa begitu banyak suara senjata?

Randika dengan cepat berbisik di telinga Inggrid. "Diamlah, ada seseorang di luar kamar kita."

"Lepaskan aku!" Inggrid tidak akan tertipu dengan trik Randika lagi.

"Aku serius! Jangan bergerak." Randika dengan cepat menutup mulut Inggrid dengan tangannya. Namun, Inggrid dengan cepat menggigit tangannya.

"Hei! Sakit tahu!" Randika berteriak kesakitan. Namun, suara dari luar sudah tidak terdengar. Hal ini membuat Randika semakin resah.

Saatnya bertarung telah tiba!


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.